Dear Dia
Mungkin jika kita bertemu saat ini, kau jelas akan membenciku. Aku kekanak-kanakan. Aku egois. Aku kesal dengan hal-hal kecil. Terkadang aku tak bisa seimbangkan diriku. Masih sering terjadi pertarungan-pertarungan dalam diriku yang membuatku tampak labil dan tak bisa berfikir dewasa. Memang dibandingkan aku yang lalu, aku yang sekarang tampak ada perubahan, tetapi percayalah.. sedikiiit sekali perubahan itu, dan terkadang kambuhan. Terkadang aku kembali menjadi aku yang dulu terkadang tidak.
Memang semua itu butuh latihan dan kesabaran ekstra yang disertai dengan tulusnya doa. Maaf ya aku masih belum siap untuk dipertemukan denganmu. Maaf. Sungguh aku sangat merindukanmu. Tetapi aku pun tak siap jika harus bertemu denganmu dalam keadaan hina dan tak bisa dibanggakan ini. Maafkan aku.
Bulan lalu,kau terima suratku kan? Sepertinya ditempat beradamu sekarang jasa posnya masih sedikit diragukan karena balasanmu tak kunjung datang. Tapi tak apa. Kerjakan tugasmu disana sayang. Aku menunggumu disini dengan segenap usahaku menjadi sempurna dimataNYA agar nantinya DIA menilaiku siap… menilaimu siap… menilai kita siap… kita toh akan dipertemukan.
Disuratku kali ini aku tak memberikan daftar hal-hal yang ingin aku lakukan bersamamu. Aku hanya ingin kau tahu…. Disini berat tanpamu… sangat… satu-satunya kekuatan yang menyertaiku adalah DIA.
Kembali curhat kepadaNYA membuatku sedikit tenang. Membuatku sedikit yakin akan hadirmu kelak. Pasti.
Maaf jika kau terima surat ini dalam keadaan sedikit basah. Aku menangis karena semua ini berat. Tapi air mata ini yang menjadikanku kuat kelak kan. Guru berharga bagi aku kelak untuk berlari lebih dekat denganNYA dan bekal bertemu denganmu kelak. I’ll be waiting.
P.S
I Love You
Tidak ada komentar:
Posting Komentar