Chapters

10.23.2010

Old Chapter

Layaknya sebuah keris yang ditempa untuk menjadi keris yang sesungguhnya
manusia pun akan selalu ditempa, dijatuhkan, di injak-injak oleh dunia.
Aku berdiri dari posisiku sekarang ini, aku melihat sekitar, dan aku melihat manusia diuji.
dalam lingkup hidupku yang begini sempit aku melihatnya
mereka terjatuh, memasuki masa penyembuhan, dan saat mereka kembali berdiri dan siap untuk menantang dunia.
Aku teringat aku yang dulu..dan aku bersyukur..
dan sekarang menjadi tugasku untuk berada bersama mereka..
tugasku untuk menemani mereka... ada bersama mereka.. dan membantu mereka...
Allah, kuatkan mereka..kuatkan sahabat-sahabatku
karena sungguh aku menyayangi mereka..

10.06.2010

aku, Engkau, dan bukit khayalan

Saat itu aku bayangkan diriku diatas sebuah bukit tanpa ada siapapun disekitar.
Hanya ada rumput, angin, ketinggian, kekosongan, aku dan Engkau

Maafkan aku… langkahku akhir-akhir ini bergerak menjauhi Engkau…

Maafkan aku… Aku tak menyadari hal ini lebih awal dan aku hanya mengingat Engkau ketika hatiku sudah tak kuat. Maafkan aku…

Aku telah lalaikan banyak hal yang seharusnya aku percaya semua adalah Kuasa Engkau

Aku ragukan semua hal yang telah tertulis di kitab abadi milik Engkau

Aku lupakan kodratku sebagai seorang makhluk yang hanya mampu berencana dan pasrahkan semua kepadamu.

Aku pentingkan hal-hal lain ketimbang Engkau dan aku baru sadari sekarang.

Maafkan aku… Aku hanya ingin berada di pelukan Engkau
Dibawah lindungan dan ridho Engkau

Sungguh aku ingin hatiku tenang dan selalu melafalkan nama Engkau, mengingat Engkau…
Maafkan aku….

Dan terima kasih…
Terima kasih Allah… Engkau ingatkan aku hari ini…
Terima kasih….

Surat Untuk Dia ; Maafkan aku

Dear Dia

Mungkin jika kita bertemu saat ini, kau jelas akan membenciku. Aku kekanak-kanakan. Aku egois. Aku kesal dengan hal-hal kecil. Terkadang aku tak bisa seimbangkan diriku. Masih sering terjadi pertarungan-pertarungan dalam diriku yang membuatku tampak labil dan tak bisa berfikir dewasa. Memang dibandingkan aku yang lalu, aku yang sekarang tampak ada perubahan, tetapi percayalah.. sedikiiit sekali perubahan itu, dan terkadang kambuhan. Terkadang aku kembali menjadi aku yang dulu terkadang tidak.

Memang semua itu butuh latihan dan kesabaran ekstra yang disertai dengan tulusnya doa. Maaf ya aku masih belum siap untuk dipertemukan denganmu. Maaf. Sungguh aku sangat merindukanmu. Tetapi aku pun tak siap jika harus bertemu denganmu dalam keadaan hina dan tak bisa dibanggakan ini. Maafkan aku.

Bulan lalu,kau terima suratku kan? Sepertinya ditempat beradamu sekarang jasa posnya masih sedikit diragukan karena balasanmu tak kunjung datang. Tapi tak apa. Kerjakan tugasmu disana sayang. Aku menunggumu disini dengan segenap usahaku menjadi sempurna dimataNYA agar nantinya DIA menilaiku siap… menilaimu siap… menilai kita siap… kita toh akan dipertemukan.

Disuratku kali ini aku tak memberikan daftar hal-hal yang ingin aku lakukan bersamamu. Aku hanya ingin kau tahu…. Disini berat tanpamu… sangat… satu-satunya kekuatan yang menyertaiku adalah DIA.
Kembali curhat kepadaNYA membuatku sedikit tenang. Membuatku sedikit yakin akan hadirmu kelak. Pasti.

Maaf jika kau terima surat ini dalam keadaan sedikit basah. Aku menangis karena semua ini berat. Tapi air mata ini yang menjadikanku kuat kelak kan. Guru berharga bagi aku kelak untuk berlari lebih dekat denganNYA dan bekal bertemu denganmu kelak. I’ll be waiting.

P.S
I Love You

10.05.2010

00.00

Tak ada seorang pun yang sanggup menang melawan kesepian.
Kau tahu bagaimana makhluk bernama manusia mampu menjadi sesosok malaikat bersayap, atau pemangsa buas, maupun seonggok daging tak berhati.
Demi mengalahkan teror kesepian, mereka mampu menjadi makhluk kosong tak berhati. Pasrah dengan insting hewaninya. Tak ada kompromi dengan akal maupun logika.
Memangsa apapun yang ada dihadapannya.
Pemangsa licik, memasang perangkap di setiap kesempatan yang ada.
Pecundang munafik. Mereka tahu apa yang mereka lakukan itu salah, mereka tahu mereka jahat tetapi mereka pasrah.
Mereka nikmati perhatian yang mereka dapatkan, yang diberikan, memanfaatkan rasa cerminan tuus dari awal sebuah cinta.
Menjadi pribadi biadab seperti itu tak ayal tak bukan jika tidak dari interfensi setan kesepian dan bagian dari usaha manusia melawannya.

Allah... semoga ini menjadi indikasi awal sadar akan adanya resiko menjadi pribadi yang tak baik dihadapanmu. Dan jauhkan kami dari segala iri, dengki. Dan kuatkan kami, buat kami yakin bahwa kau telah menyiapkan seseorang untuk hadapi rasa sepi ini. Kalahkan teror sepi ini... Amin.